Hizbullah
yang disebut disini tak ada kaitannya dengan pasukan Hizbullah yang
secara the facto berkuasa di Lebanon Selatan dan ahirnya melibatkan
pasukan TNI mengambil bagian dalam pasukan perdamaian Internasional di
Lebanon. Laskar Hizbullah yang dimaksud adalah Pasukan pemuda, pelajar
Islam (santri) semasa perang kemerdekaan di bumi tercinta ini. Laskar
Hizbullah dibentuk oleh Masyumi tahun
1944 ketika pasukan Jepang mulai terdesak oleh pasukan sekutu. Masyumi
sendiri dibentuk oleh berbagai organisasi Islam termasuk didalamnya
Nahdatul Ulama (NU) dibawah pimpinan KH. Wachid Hasyim.
Adapun
masjid Al-Mujahidin yang akan kita bahas disini adalah masjid tua yang
terletak di kampung Babatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Sebuah masjid tua yang menjadi salah satu saksi sejarah perjuangan para
syuhada Bekasi memerdekakan Republik ini dari belenggu penjajahan meski
harus berkalang tanah, dalam niat tulus ‘Jihad Fisabilillah”.
Adalah Drs. Munawar Fuad Noeh, MA,
petinggi Gerakan Pemuda Anshar, dan merupakan warga asli Cibarusah yang
kemudian menggagas pembangunan monumen perjuangan Laskar Hizbullah di
samping masjid Al-Mujahidin ini, untuk mengenang perjuangan Laskar
Hizbullah turut serta memerdekakan Republik ini, dan yang lebih penting
lagi adalah melestarikan dan mewariskan semangat perjuangan para pejuang
kemerdekaan kepada generasi selanjutnya.
Lokasi Masjid Al-Mujahidin Cibarusah.
Masjid
Al-Mujahidin ini berada di Kampung Babakan Cibarusah (biasa disebut
KBC) masuk dalam Desa Cibarusah Kota, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten
Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Agak sulit menemukan koordinat masjid ini
di aplikasi google maps ataupun Google Earth, dalam aplikasi gratisan
tersebut, daerah ini masih ditampilkan dalam format foto satelit
beresolusi rendah. Bila ada yang lebih memahami lokasi masjid ini jangan
sungkan untuk memberikan masukan.
Untuk
mencapai kampung Babakan Cibarusah (KBC) dari Jakarta atau Bandung,
bila anda menggunakan ruas tol Jakarta-Cikampek, akan lebih mudah bila
anda keluar di pintu tol Cikarang Barat / Lemah Abang lalu berbelok ke
arah selatan (belok kanan) melewati Lippo Cikarang, Pasar Serang, Area
Rekreasi Taman Buaya, perumahan Kota Serang Baru (KSB), sampai kemudian
masuk ke kawasan KBC, masjid ini berada di sisi kanan jalan. Alternatif
lain adalah dari pertigaan jonggol ke arah Cikarang, masjid ini berada
di sisi kiri jalan di KBC.
Sejarah Masjid Al-Mujahidin KCB
Sejarah Tertulis Masjid Al-Mujahidin KBC
|
Nama Masjid dan Tahun renovasi di atas
pintu utama masjid |
Di
atas pintu masuk utama masjid ini tertulis dalam aksara Arab dan Latin
“MASJID AL-MUJAHIDIN BABAKAN KOTA CIBARUSAH, JUNI 1937, ROBIUL AWAL
1356”. Lengkap dengan lambang laskar Hizbullah di bagian atasnya.
Sementara di salah satu dari enam tiang utama di dalam masjid terpasang
prasasti kecil dalam bahasa Belanda yang berbunyi “HERBOUWD 1935/1937,
COMITE MASDJID”
Di
dinding depan masjid juga terpasang piagam pendirian masjid dari Kantor
Departemen Agama Kabupaten Bekasi bertanggal 19 Syafar 1409H / 1
Oktober 1998M dan ditandatangani oleh Kepada Kantor Departemen Agama
Kabupaten Bekasi HM. Zainuddin, BA. Dalam piagam tersebut dijelaskan
bahwa masjid Al-Mujahidin yang terletak di Kampung Babakan Desa
Cibarusah Kota, dibangun pada tahun 1930.
|
Plakat peringatan renovasi masjid dipasang
di salah satu dari enam tiang utama masjid. |
|
Piagam
tersebut juga menyatakan bahwa Masjid Al-Mujahidin Kampung Babakan
Cibarusah ini sudah terdaftar di Departemen Agama dengan nomor
34/MJ/1988. dan disebutkan juga bahwa piagam pendirian masjid tersebut
dikeluarkan berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan Cibarusah bernomor K.13/05/142/1998 tanggal 16 Agustus 1988.
Sebagai mana disebutkan dalam piagam tersebut bahwa dikeluarkannya
piagam pendirian masjid ditahun 1988 itu menjadi pengukuhan pendirian
masjid sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut
aplikasi “google terjemah”, Herbouwd dalam bahasa Belanda bila
Indonesiakan berarti “dibangun kembali”. Merujuk kepada tahun tersebut
saja masjid ini sudah jauh lebih tua dari umur Republik Indonesia
tercinta ini. Menjadi pertanyaan adalah, kapan masjid Al-Mujahidin ini
pertama kali dibangun dan oleh siapa ?. Bila kita mencermati tiga sumber
tertulis di atas ada 3 angka tahun yang berbeda, masing masing adalah
tahun 1937 di atas pintu utama masjid, tahun 1935/1937 sebagaimana
tertulis dalam prasasti di tiang masjid dan tahun 1930 seperti
dijelaskan dalam piagam pendirian masjid yang dikeluarkan oleh Kantor
Departemen Agama Kabupaten Bekasi.
|
Pintu utama |
Bisa
saja kita menyimpulkan bahwa masjid tersebut dibangun tahun 1930M lalu
di renovasi atau “dibangun kembali” lima tahun kemudian (tahun 1935M)
dan proses direnovasi tersebut selesai dilaksanakan pada bulan Juni
tahun 1937M bertepatan dengan bulan Robiul Awal tahun 1356H. Lalu kenapa
harus dibangun kembali ditahun 1935M/1937M ?. Kawasan Cibarusah
bukanlah kawasan padat penduduk di era tersebut, jalan akses dari dan
menuju kesana pun sangat sulit ketika itu. Pertambahan jumlah penduduk
yang membengkak dalam kurun 5 tahun sepertinya bukanlah alasan yang
dapat diterima sebagai dasar pembangunan kembali masjid tersebut untuk
diperluas guna menampung membludaknya jamaah.
Penetapan
angka 1930M oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi sebagai tahun
pendirian masjid itupun sepertinya masih patut dipertanyakan, mengingat
adanya batu nisan salah satu makam di samping masjid yang bertarikh
1916M. Seperti yang sudah umum terjadi, biasanya pemakaman umum dibangun
di sebelah Masjid, bukan Masjid yang dibangun disebelah pemakaman umum.
Artinya, boleh jadi masjid ini dibangun jauh sebelum tahun 1916M
sebagaimana tarikh pada Nisan Makam tersebut. Butuh penggalian lebih
dalam untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut.
Sejarah Tutur Masjid Al-Mujahidin KBC
|
Kubah di atap limas masjid |
Sejarah
tutur yang disampaikan secara turun temurun menyebutkan bahwa masjid
Al-Mujahidin di Kampung Babakan Cibarusah (KBC) ini dibangun pertama
kali oleh Pangeran Senapati, salah satu keturunan Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Konon di tahun 1619M Pangeran Jayakarta memerintahkan Pangeran Senapati
menyelamatkan diri dari kepungan Belanda, paska kekalahan Sunda Kelapa
dalam perang melawan Belanda di bulan April-Mei 1619M, sekaligus
membangun pertahanan di kawasan pesisir dan pedalaman. Maka dimulailah
perjalanan panjang Pangeran Senapati
bersama pasukannya menyusuri pantai utara Jawa, melewati daerah Cabang
Bungin, Batujaya, Pebayuran, Rengas Bandung, Lemah Abang, Pasir Konci
hingga sampai di sebuah kawasan hutan jati.
Di kawasan hutan jati itulah kemudian Pangeran Senopati
berhenti bersama pasukan dan keluarga yang masih menyertainya. Beliau
menganggap kawasan hutan lebat itu sebagai lokasi persembunyian yang
aman dari kejaran pasukan Belanda. Termasuk untuk tinggal mengembangkan
keluarga dan keturunan. Babat alas dimulai untuk membangun pemukiman
baru yang dikemudian hari dikenal dengan nama Cibarusah. Kata Cibarusah
sendiri konon berasal dari kalimat berbahasa sunda “Cai baru sah”.
Dikisahkan
bahwa ketika masjid masjid telah didirikan, jemaah kesulitan untuk
mendapatkan air bersih yang memenuhi sarat sah untuk bersuci sebelum
menunaikan sholat. Ketika pencarian sumber air berhasil menemukan sumber
air bersih salah satu ulama yang menyertai Pangeran Senopati
berujar dalam bahasa Sunda “nah ieu’ CAI’ BARU SAH” yang berarti “Nah
ini airnya baru sah” maksudnya sah secara syar’i untuk keperluan
bersuci. Kalimat “CAI’ BARU SAH” itulah yang kemudian menjadi CI BARU
SAH. Sedangkan nama kampung ‘Babakan’ berasal dari kata ‘Bukbak’ dalam
bahasa sunda yang berarti membersihkan.
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Pangeran Senopati
tersebut berbahan utama kayu jati yang ketika itu melimpah disana. Tak
jauh dari masjid dibangun sebuah kolam penampung air bersih berukuran
kira kira 20x30m untuk menampung air bersih yang dialirkan dari
sumbernya menggunakan pipa pipa bambu dan saluran yang dibangun secara
bergotong royong. Riwayat tutur menyangkut sejarah masjid ini terputus
sampai disitu. Hingga kini keturuan Pangeran Sena masih ada di KBC,
keluarga beliau dapat dikenali dengan gelar ‘Raden’ yang disematkan
kepada nama mereka masing masing. Pangeran Senapati wafat dan dimakamkan
di Kampung Babakan Cibarusah (KBC) dan dikenal dengan sebutan Makam
Embah Uyut Sena.
Peran Masjid Al-Mujahidin KBC di masa perjuangan
|
Mimbar dan Mihrab Masjid Al-Mujahidin |
Dimasa
perjuangan kemerdekaan melawan Belanda dan Jepang masjid Al-Mujahidin
ini menjadi markas serta camp pelatihan pasukan Laskar Hizbulllah,
Pasukan perang bentukan Masyumi tahun 1944M. Masyumi menjadi tempat
bergabungnya organisasi organisasi Islam ketika itu termasuk Nahdatul
Ulama (NU) dibawah pimpinan KH. Wachid Hasyim (Pahlawan Nasional dan juga ayah dari Mantan Presiden RI, KH. Abdurrahman Wachid alias
Gusdur). Di masjid inilah yang menjadi pusat penggemblengan Laskar
Hizbullah untuk disiapkan menjadi tentara terlatih untuk kemudian
ditempatkan di berbagai lokasi di pulau jawa dan Madura.
Dipilihnya
Cibarusah sebagai tempat latihan semi miter Laskar Hizbullah karena
dinilai strategis. Masih banyak hutan dan terletak tidak jauh dari pusat
kekuasaan Jepang di Jakarta. Laskar Hizbullah dibentuk atas usulan 10
ulama besar di Jawa, untuk mengimbangi Laskar PETA (Pembela Tanah Air)
tentara nasionalis bentukan Jepang tahun 1942. Meskipun antara PETA dan
Hizbullah berbeda, namun kurikulum militernya disusun oleh orang yang
sama, yaitu Kapten Yamazaki.
Pada
masa itu, Masjid Al-Mujahidin KBC bukan hanya sekedar sebagai tempat
ibadah saja, tapi juga pusat komando dalam mengatur strategi. Dari
Masjid ini KH. Zainul Arifin (pahlawan
Nasional) merupakan seorang tokoh muda yang ketika itu menjabat sebagai
konsul NU di Jakarta, mengobarkan semangat anak muda khususnya kaum
santri pesantren untuk menjadi garda terdepan perjuangan melawan
penjajah. Dalam rapat Masyumi Banten 15 Januari 1945, KH. Zainul Arifin menyampaikan pidato yang kutipannya begitu terkenal berbunyi “Hanya dengan adanya pemuda-pemuda yang berani berjuang, keluhuran bangsa dapat tercapai”.
|
Lampu antik di teras masjid Al-Mujahidin |
Pembinaan
Hizbullah dipercayakan kepada Masyumi, sedangkan latihannya
dilaksanakan oleh Kapten Yamazaki. Pusat latihan Hizbullah dikelola oleh
Markas Tertinggi Hizbullah yang dipimpin oleh KH. Zainul Arifin,
Konsul NU di Jakarta. Anggotanya meliputi Abdul Mukti, Konsul
Muhammadiyah Madiun, Ahmad Fathoni, Muhammad Syahid, Amir Fattah,
Prawoto Mangkusasmito, dan KH Mukhtar.
Adapun penanggungjawab politik adalah KH A. Wahid Hasyim, didampingi KH
Abdulwahab Hasbullah, Ki Bagus Hadikusumo, KH Masykur, Mr. Mohammad
Roem, dan Anwar Tjokroaminoto.
Latihan semi-militer Hizbullah diselenggarakan masing masing selama dua
bulan di Cibarusah, Bogor (sejak 1950 Cibarusah dimasukkan ke dalam
wilayah Kabupaten Bekasi). Pada angkatan pertama latihan, diikuti 150
pemuda yang dikirim dari tiap keresidenan di seluruh Jawa dan Madura.
Masing-masing keresidenan sebanyak lima pemuda. Jumlah anggota Hizbullah
diperkirakan mencapai 50 ribu orang.
Arsitektur Masjid
Masuk
ke dalam masjid ini serasa ditelan aura masa lalu, bagaimana tidak.
Arsitektural masjid ini serupa dengan bangunan bangunan peninggalan
Belanda di Indonesia. Pintu pintu dan jendela berukuran besar, tembok
yang tebal berikut sedikit langgam art deco, ditambah pernak pernik yang
popular di abad yang lalu.
|
Masjid Al-Mujahiidin dari arah jalan raya menuju ke CIbarusah |
Bangunan
yang kini berdiri merupakan bangunan hasil HERBOUWD (renovasi) tahun
1935/1937. Sejatinya bangunan ini merupakan bangunan segi empat dengan
atap limas ditopang enam tiang utama di tengah masjid. keseluruhan
dinding masjid menggunakan tembok bata lebar diplester. Sisi luar tembok
masjid bagianbawah ditutup dengan susunan batu alam ukuran besar di cat
berwarna hitam seperti kebanyakan bangunan warisan Belanda di
Indonesia.
Pintu
dan jendela masjid berbentuk segi empat tanpa lengkungan dengan dua
daun pintu. Pintu utama masjid terdiri dari 3 buah pintu masuk di bagian
depan dan 3 pintu di samping kanan masjid (sisi utara) yang masing
masing terhubung dengan teras besar. Teras sisi kanan masjid sebagian
digunakan untuk tempat sholat jemaah wanita dan area tempat berwudhu.
Tak
ada jendela di sisi kanan (utara), sebaliknya tak ada pintu di sisi
kiri (selatan) masjid yang menghadap ke pemakaman. Di sisi depan masjid
beri dua bukaan kaca, yang sepertinya dipasang belakangan dengan kusen
bagian atas yang sedikit melengkung, sangat berbeda dengan bentuk dua
jendela di sisi mihrab (barat) dan 3 jendela di sisi kiri (selatan) yang
kesemuanya berbentuk segi empat berteralis besi.
Masing
masing pintu dan jendela diberi lubang ventilasi di tembok bagian atas
nya dengan bentuk empat persegi panjang, seperti layaknya bangunan art
deco era penjajahan Belanda. Dan satu hal yang tak akan ditemukan di
masjid masjid masa kini adalah masih digunakannya palang pintu dari kayu
sebagai pengunci dari dalam masing masing pintu masjid ini.
|
Interior Masjid Al-Mujahidin Cibarusah, plakat renovasi masjid ada di tiang sebelah
kanan, detil plakat tersebut ada di foto sebelumnya. |
Teras
depan dilengkapi dengan pintu utama menggunakan pintu besi. Di bagian
atas pintu ini dipasang tulisan nama dan tarikh pembangunan masjid yang
tadi disebut di bagian awal tulisan ini. Di sisi kiri dan kanan pintu
utama ini dilengkapi dua pintu pendek bergaya spanyol yang menjadi
tempat lalu lalang jemaah.
Masjid
ini juga dilengkapi dengan satu bangunan menara berbentuk persegi
delapan berbalkon melingkar di bagian atasnya. Dipuncak menara dipasang
kubah berbentuk bawang dari bahan logam. Di puncak atap masjid juga
dipasang kubah berbahan logam dengan bentuk yang sedikit berbeda. Kubah
di puncak atap masjid ini berbentuk kawah tengkurep dengan lafazd Allah
di puncak tertingginya.
|
Keseluruhan lantai masjid ditutup dengan karpet |
Butuh perhatian pemerintah.
Setelah
kemerdekaan, Masjid Mujahidin hanya menjadi tempat penyebaran agama
Islam di Cibarusah. Hampir semua masyarakat menjadikan masjid ini
sebagai kiblat keagamaan hingga saat ini. Namun sayangnya, masjid ini
tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Pemeliharaan
masjid digotong bersama oleh warga. Sejarah perjuangannyapun tidak
pernah ditulis dalam literatur sejarah yang di keluaran oleh Pemda.
Masyarakat merawat ingatannya hanya dengan cerita turun temurun.
Sejauh
ini hanya TNI yang rutin memberikan perhatian kepada masjid ini. Dengan
program program kerja bakti seperti yang dilakukan Kodim 0507/Bekasi
dalam rangka memperingati HUT Proklamasi dan menjelang HUT TNI dengan
melaksanakan karya bhakti dengan memperbaiki, membersihkan dan melakukan
penghijauan dengan penanaman bibit pohon mangga dan kamboja di
lingkungan mesjid Al-Mujahidin.
|
dua kaligrafi besar bertuliskan Allah dan Muhammad S.A.W dipasang di dinding depan |
Kodim
0507/Bekasi juga membuat prasasti dan cindera hati bagi Masjid
Al-Mujahidin KBC yang ditandatangani bersama sama pada tanggal 7 Agustus
2009 oleh Komandan Kodim 0507/Bekasi Letkol Infantri Mohammad Affandi,
Ketua DKM Al-Mujahidin R.H. Alwi Junaedi SE, MM. Sesepuh Babakan
Cibarusah R.H.A.Manjidin. Imam/Khotib Ust. R. Oni. Juwaeni dan Penggagas
kegiatan tersebut Drs. Munawar Fuad Noeh, MA. Yang merupakan waraga asli Cibarusah dan kini menjadi salah satu petinggi Gerakan Pemuda Anshor.
Mengingat
sejarah masjid ini dan usianya yang sudah melebihi 50 tahun sesuai
dengan peraturan pemerintah, Masjid Al-Mujahidin ini sudah masuk dalam
katagori Bangunan Bersejarah yang harus dilindungi dan dilestarikan.
Namun sayangnya hingga kini sepertinya belum ada tanda tanda adanya
perhatian serius dari pemerintah terhadap Masjid tua ini.
|
Lebih dekat ke Mihrab |
Rencana Pembangunan Monumen Laskar Hizbullah
Untuk mengenang dan meneladani perjuangan para syuhada yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, Drs. Munawar Fuad Noeh, MA menggagas
pembangunan Monumen Laskar Hizbullah di samping Masjid Al-Mujahidin KBC
ini. Rencana tersebut sudah diluncurkan pada 21 September 2010 lalu dan
rencananya akan mulai dibangun tahun 2011. pembangunan monumen
tersebut juga mengenang peristiwa bersejarah yang luar biasa yang pernah
terjadi di Masjid Al-Mujahidin KBC di masa perjuangan kemerdekaan.
Penutup
Sangat disadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, sebagian besar materi dikumpulkan dari pernyataan Drs. Munawar Fuad Noeh, MA diberbagai
kesempatan kepada media, kunjungan ke lokasi dan foto fisik bangunan.
Seperti yang beliau tuturkan bahwa buku buku sejarah perjuangan
kemerdekaan, saat sedikit menyinggung eksistensi Masjid Al-Mujahidin
KBC. Karenanya, masukan dari berbagai pihak akan diterima dengan tangan
terbuka bagi penyempurnaan tulisan ini.
Referensi
bujangmasjid.blogspot.com/2011/04/masjid-al-mujahidin-cibarusah-pangkal